RSS

Pages

Teori Belajar

Pendahuluan

  1. Latar Belakang

Bagi kebanyakan siswa, bahkan mahasiswa, belajar hanyalah sebatas menggarisbawahi buku pelajaran dengan stabillo sambil mendengarkan alunan musik. Atau, bila menghadapi ujian akhir semester esok hari, maka belajar adalah minum kopi sebanyak mungkin atau minum pil anti ngantuk dan menghabiskan sepanjang malam untuk berusaha menjejali otaknya dengan semua bahan ujian yang semestinya dipelajari selama satu semester. Oleh karena itu, SKS sering kali dipelesetkan menjadi “ Sistem Kebut Semalam.“

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal – hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.

  1. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk menjawab keresahan akan arti belajar yang sebenarnya, sehingga tidak lagi terjadi kesalahan persepsi yang berkembang dalam masyarakat khususnya peserta didik. Makalah ini juga akan dijelaskan faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi proses belajar dan pengaruh motivasi dalam belajar.

Pembahasan

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata – mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta – fakta yang tersaji dalam bentuk informasi ( materi pelajaran ). Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika mereka telah mampu menyebutkan kembali secara lisan materi yang diajarkan oleh guru. Jika konsep ini digunakan, maka akan menjadikan diri seseorang itu ibarat botol kosong. Di sini dapat dibayangkan bahwa informasi yang dapat masuk hanya sebatas daya tampungnya saja.

Di sisi lain ada yang beranggapan bahwa belajar adalah proses yang terjadi dalam otak manusia. Saraf dan sel – sel otak yang bekerja mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan lainnya, lantas disusun oleh otak sebagai hasil belajar. Itulah yang menyebabkan orang tidak bisa belajar jika fungsi otaknya terganggu.

Kalau kita bertanya kepada orang tentang pengertian belajar, maka akan diperoleh jawaban yang bermacam – macam. Perbedaan pendapat orang tentang arti belajar itu disebabkan karena adanya kenyataan bahwa perbuatan belajar itu sendiri bermacam – macam. Dengan kenyataan ini, terdapat banyak definisi tentang belajar.

Belajar secara sederhana dikaitkan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relative bersifat menetap ( permanen ) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak ( immediate behavior ) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang ( potensial behavior ). Hal lain yang perlu diperhatikan ialah bahwa perubahan – perubahan tersebut terjadi karena pengalaman. Jadi, belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman. Di sini tidak termasuk perubahan perilaku yang diakibatkan oleh kerusakan atau cacat fisik, penyakit, obat – obatan , atau perubahan karena proses pematangan.

Pengertian belajar memang selalu berkaitan dengan perubahan, baik yang meliputi keseluruhan tingkah laku individu maupun yang hanya terjadi pada beberapa aspek dari kepribadian individu. Perubahan ini dengan sendirinya dialami tiap – tiap manusia dan hanya sekali sejak dilahirkan. Sejak saat itu, terjadi perubahan – perubahan dalam arti perkembangan melalui fase – fasenya. Dan karena itu pula sejak saat itu berlangsung proses – proses belajar.

Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup ( survived ).

Belajar dan berfikir merupakan dua proses yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun demikian, keduanya merupakan proses – proses yang berbeda. Belajar adalah suatu proses – proses yang berbeda. Belajar adalah suatu proses terjadinya perubahan perilaku, tetapi berfikir tidak selalu menghasilkan perubahan tingkah laku.

Berpikir merupakan suatu proses mental yang tidak kasat mata. Proses ini hanya dapat diamati dari perilaku yang nampak. Dengan kata lain proses berfikir hanya dapat disimpulkan dari perilaku yang diperkirakan diarahkan oleh pikiran sebagai perilaku yang terorganisasi, bukan perilaku yang terjadi secara sembarangan. Berfikir tidak selalu memecahkan masalah, tetapi juga untuk membentuk suatu konsep tertentu, atau menimbulkan ide – ide kreatif. Bila pengertian – pengertian yang diperoleh dari proses berfikir dapat mengakibetkan perubahan perilaku yang permanen, maka proses berfikir tersebut menimbulkan proses belajar.

Belajar berbeda dengan menghafal. Menghafal hanya merupakan sebagian dari kegiatan belajar secara keseluruhan. Persamaan keduanya yaitu menyebabkan perubahan dalam diri individu. Dalam menghafal, aspek perubahannya terbatas dalam kemampuan menyimpan dan memproduksikan tanggapan. Adapun dalam belajar, perubahan itu tidak saja dalam hal kemampuan tersebut, namun juga meliputi perubahan tingkah laku lainnya, seperti sikap, pengertian, skills, dan sebagainya. Dengan demikian, belajar akan berhasil dengan baik jika disertai kemampuan menghafal.

Belajar adalah key term ( istilah kunci ) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. Untuk mencapai hasil belajar yang ideal, kemampuan para pendidik ( guru ) dalam membimbing belajar muridnya amat dituntut. Jika guru dalam keadaan siap dan memiliki profesiensi ( kemampuan tinggi ) dalam menunaikan kewajibannya, harapan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas sudah barang tentu akan tercapai.

Dalam belajar, kerap kali kita jumpai hal –hal yang mengganggu dan mendukung proses belajar. Gangguan dan dukungan ini akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Untuk itu, kita wajib mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi belajar agar cita – cita pendidikan dapat tercapai. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :

  1. Faktor – faktor stimuli belajar
  2. Faktor – faktor metode belajar
  3. Faktor – faktor individual

Faktor stimuli belajar yang dimaksud adalah segala hal di luar individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup materiil, penegasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh si pelajar. Beberapa hal yang berhubungan dengan faktor stimuli adalah panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungan eksternal.

Panjangnya bahan pelajaran berhubungan dengan jumlah bahan pelajaran. Semakin panjang bahan pelajaran, semakin panjang pula waktu yang diperlukan oleh individu untuk mempelajarinya. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar dan kelelahan serta kejenuhan si pelajar dalam menghadapi atau mengerjakan bahan ajar yang terlalu banyak tersebut.

Kesulitan bahan pelajaran mempengaruhi kecepatan pelajar. Makin sulit suatu bahan pelajaran, makin lambat orang mempelajarinya. Sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran, makin cepatlah orang dalam mempelajarinya. Bahan yang sulit memerlukan aktivitas belajar yang lebih intensif, sedangkan bahan yang sederhana mengurangi intensitas belajar seseorang. Bahan yang berarti juga mempengaruhi belajar karena bahan yang berarti merupakan bahan yang dapat dikenali yang memungkinkan individu untuk belajar.

Berat ringannya tugas erat hubungannya dengan tingkat kemampuan individu. Tugas yang sama, kesukarannya berbeda bagi masing – masing individu. Hal ini disebabkan karena kapasitas intelektual serta pengalaman mereka tidak sama. Dapat pula berat ringannya suatu tugas berhubungan dengan usia individu. Ini berarti bahwa kematangan individu ikut menjadi indikator atas berat atau ringannya tugas bagi individu yang bersangkutan. Tugas – tugas yang terlalu ringan akan mengurangi tantangan belajar, sedangkan tugas – tugas yang terlalu berat membuat individu kapok ( jera ) untuk belajar.

Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal, antara lain cuaca, waktu, kondisi tempat ( kebersihan, ketenangan, kegaduhan ), penerangan ( berlampu, gelap, remang – remang ), dan sebagainya. Faktor – factor ini mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajarnya, sebab individu yang belajar adalah interaksi dengan lingkunagnnya.

Metode mengajar yang digunakan oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor – faktor metode belajar menyangkut beberapa hal diantaranya kegiatan berlatih atau praktek, overlearning dan drill, resitasi selama belajar, pengenalan tentang hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian – bagian, penggunaan modalitas indra, bimbingan dalam belajar, dan kondisi – kondisi insentif.

Berlatih dapat diberikan secara maraton ( non stop ) atau secara terdistribusi dengan selingan waktu istirahat. Latihan yang dilakukan secara maraton akan membosankan, sedangkan latihan yang terdistribuasi menjamin terpeliharanya stamina dan kegairahan belajar. Overlearning dan drill berguna untuk menetapkan reaksi dalam belajar. Overlearning digunakan bagi latihan keterampilan motorik sedangkan drill berlaku bagi kegiatan berlatih abstraksi misalnya berhitung. Faktor lain yang berhubungan dengan metode belajar adalah resitasi selama belajar yang cocok diterapkan pada belajar membaca atau hafalan. Kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal bahan pelajaran.

Dalam proses belajar, individu sering mengabaikan tentang perkembangan hasil belajar selama ia belajar. Padahal, pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil – hasil yang sudah dicapai, seseorang akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya. Belajar yang dimulai dari keseluruhan ke bagian – bagian lebih menguntungkan dibandingkan dimulai dari bagian – bagian. Ini disebabkan dengan memulai dari keseluruhan, individu menemukan set yang tepat untuk belajar. Namun, metode ini mempunyai kelemahan yaitu membutuhkan banyak waktu dan pemikiran sebelum belajar yang sesungguhnya berlangsung.

Modalitas indra yang dipakai oleh masing – masing individu dalam belajar tidak sama. Sehubungan dengan itu, ada tiga impresi yang penting dalam belajar, yaitu oral, visual, dan kinestetik. Beberapa orang berhasil belajarnya dengan menekankan impresi oral. Dalam belajar, ia perlu membaca dan mengucapkan materi pelajaran dengan nyaring atau mendengarkan bacaan atau ucapan orang lain. Sementara ada beberapa orang belajar dengan menekankan impresi visual, dimana dalam belajarnya ia harus lebih banyak menggunakan fungsi indra penglihatan. Begitu pula ada beberapa orang yang belajar dengan menekankan pada impresi kinestetik dengan banyak menggunakan fungsi motorik. Di samping itu, ada pula yang belajar dengan menggunakan kombinasi impresi indra. Dengan modalitas indra inilah kita dapat menyesuaikan metode belajar yang sesuai dengan diri kita sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang diharapkan.

Bimbingan dalam belajar yang diberikan kepada si pelajar dapat menimbulkan ketergantungan. Bimbingan dapat diberikan dalam batas – batas yang diperlukan oleh individu. Hal yang penting yaitu pemberian kecakapan pada individu sehingga yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas – tugas yang dibebankan dengan sedikit saja bantuan dari pihak lain.

Dalam proses belajar, kondisi belajar yang insentif juga harus diperhatikan. Kondisi – kondisi insentif adalah objek atau situasi eksternal yang dapat memenuhi motif individu. Insentif adalah bukan tujuan melainkan alat untuk mencapai tujuan. Insentif dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu insentif intrinsic ( situasi yang mempunyai hubungan fungsional dengan tugas dan tujuan ) dan insentif ekstrinsik ( obyek atau situasi yang tidak mempunyai hubingan fungsional dengan tugas ). Situasi yang menimbulkan insentif intrinsic misalnya pengenalan hasil belajar, persaingan sehat, dan kompetisi. Sedangkan situasi yang menimbulkan insentif ekstrinsik misalnya hukuman, ancaman yang membuat takut, dan ganjaran. Dari keduanya, yang lebih memajukan belajar individu adalah insentif yang intrinsic. Insentif ini akan menentukan tingkat motivasi belajar individu di masa – masa mendatang. Sebagai seorang pendidik, guru berperan dalam menciptakan kondisi belajar yang insentif ini, agar proses belajar dapat berlangsung optimal.

Selain factor – factor stimuli dan metode belajar, factor- factor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun factor – factor individual itu menyangkut antara lain kematangan, factor usia kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani dan rohani serta motivasi.

Kematangan dicapai oleh individu dari proses pertumbuhan fisiologisnya. Kematangan memberikan kondisi di mana fungsi – fungsi fisiologis termasuk system saraf dan fungsi otak menjadi berkembang. Perkembangan tersebut akan menumbuhkan kapasitas mental seseorang dan mempengaruhi hal belajar seseorang itu.

Faktor lainnya adalah usia kronologis. Pertambahan usia selalu dibarengi dengan proses pertumbuhan dan perkembangan. Semakin tua usia individu, semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya. Anak yang lebih tua biasanya lebih sabar, sanggup melaksanakan tugas – tugas yang lebih berat, mampu mengarahkan energi dan perhatiannya dalam waktu yang lebih lama, memiliki koordinasi gerak kebiasaan kerja dan ingatan yang lebih baik dari pada anak yang lebih muda. Usia kronologis merupakan factor penentu tingkat kemampuan belajar individu.

Hingga saat ini belum ada petunjuk yang menguatkan tentang adanya perbedaan skil, sikap – sikap, minat, temperamen, bakat, dan pola – pola tingkah laku sebagai akibat dari perbedaan jenis kelamin. Perbedaan pola tingkah laku antara pria dan wanita hanyalah hasil dari perbedaan tradisi kehidupan, bukan semata – mata karena perbedaan jenis kelamin. Fakta membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara pria dan wanita dalam hal intelegensi. Mungkin yang membedakan ialah dalam hal peranan dan perhatiannya terhadap suatu pekerjaan, dan ini pun akibat dari pengaruh kultural.

Lingkungan banyak memberikan pengalaman kepada individu. Pengalaman yang diperoleh individu ikut mempengaruhi belajar seseorang, terutama pada transfer belajarnya. Hal ini terbukti bahwa anak –anak yang berasal dari kelas – kelas social menengah dan tinggi mempunyai keuntungan dalam belajar verbal di sekolah sebagai hasil dari pengalaman sebelumnya.

Dalam tahap perkembangan tertentu, individu mempunyai kapasitas – kapasitas mental yang berkembang akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fungsi fisiologis pada system saraf dan jaringan otak. Kapasitas – kapasitas seseorang dapat diukur dengan tes – tes intelegensi dan tes – tes bakat. Kapasitas adalah potensi untuk mempelajari serta mengembangkan berbagai keterampilan / kecakapan. Akibat dari hereditas dan lingkungan, berkembanglah kapasitas mental individu yang berupa intelegensi. Karena latar belakang hereditas dan lingkungan masing – masing individu berbeda, maka intelegensi masing – masing individu pun bervariasi. Intelegensi seseorang ikut menentukan prestasi belajar seseorang.

Orang yang belajar membutuhkan kondisi badan / jasmani yang sehat. Orang yang badannya sakit akibat penyakit – penyakit tertentu, cacat fisik atau kelelahan tidak akan dapat belajar dengan efektif. Karena itu, hasil belajar tidak memuaskan. Gangguan serta cacat mental pada seseorang juga sangat mengganggu belajar. Tidak mungkin orang dapat belajar dengan baik apabila ia sakit ingatan, sedih, frustasi, atau sedang putus asa.

Hal yang tidak kalah penting mendukung kegiatan belajar adalah motivasi. Motivasi penting bagi proses belajar karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu. Jadi, motivasi merupakan dorongan, penggerak, atau pembangkit bagi terjadinya suatu tingkah laku. Pengalaman di masa lampau kerap kali menyebabkan seorang siswa merasa tidak senang dan takut akan kegagalan. Hal ini menyebabakan siswa selalu menghindari tugas – tugas yang dirasakannya akan menyebabkan kegagalan. Semua itu disebabkan adanya rasa takut yang mendominasi. Namun ada penawar yang sangat ampuh mengurangi rasa takut itu, yaitu motivasi. Jika motivasi untuk berhasil lebih kuat dari motivasi untuk tidak gagal, maka rasa takut itu akan hilang. Biasanya orang yang mempunyai motivasi untuk berhasil menyukai tantangan dalam mengerjakan sesuatu. Ia akan bekerja lebih keras dan segera memerinci kesulitan – kesulitan yang dihadapinya

Setelah mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar, tugas kita selanjutnya adalah menggunakan faktor – faktor tersebut untuk mengoptimalkan hasil belajar. Masing – masing individu harus mengetahui apa yang mereka sukai ketika belajar sehingga tidak terjadi kejenuhan. Dari kenyamanan inilah diharapkan akan terjadi proses belajar yang tidak hanya mengutamakan transfer ilmu saja sehingga diperoleh out put yang berkompeten.

Teori Belajar


Pendahuluan

  1. Latar Belakang

Bagi kebanyakan siswa, bahkan mahasiswa, belajar hanyalah sebatas menggarisbawahi buku pelajaran dengan stabillo sambil mendengarkan alunan musik. Atau, bila menghadapi ujian akhir semester esok hari, maka belajar adalah minum kopi sebanyak mungkin atau minum pil anti ngantuk dan menghabiskan sepanjang malam untuk berusaha menjejali otaknya dengan semua bahan ujian yang semestinya dipelajari selama satu semester. Oleh karena itu, SKS sering kali dipelesetkan menjadi “ Sistem Kebut Semalam.“

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal – hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.

  1. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk menjawab keresahan akan arti belajar yang sebenarnya, sehingga tidak lagi terjadi kesalahan persepsi yang berkembang dalam masyarakat khususnya peserta didik. Makalah ini juga akan dijelaskan faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi proses belajar dan pengaruh motivasi dalam belajar.

Pembahasan

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata – mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta – fakta yang tersaji dalam bentuk informasi ( materi pelajaran ). Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika mereka telah mampu menyebutkan kembali secara lisan materi yang diajarkan oleh guru. Jika konsep ini digunakan, maka akan menjadikan diri seseorang itu ibarat botol kosong. Di sini dapat dibayangkan bahwa informasi yang dapat masuk hanya sebatas daya tampungnya saja.

Di sisi lain ada yang beranggapan bahwa belajar adalah proses yang terjadi dalam otak manusia. Saraf dan sel – sel otak yang bekerja mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan lainnya, lantas disusun oleh otak sebagai hasil belajar. Itulah yang menyebabkan orang tidak bisa belajar jika fungsi otaknya terganggu.

Kalau kita bertanya kepada orang tentang pengertian belajar, maka akan diperoleh jawaban yang bermacam – macam. Perbedaan pendapat orang tentang arti belajar itu disebabkan karena adanya kenyataan bahwa perbuatan belajar itu sendiri bermacam – macam. Dengan kenyataan ini, terdapat banyak definisi tentang belajar.

Belajar secara sederhana dikaitkan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relative bersifat menetap ( permanen ) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak ( immediate behavior ) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang ( potensial behavior ). Hal lain yang perlu diperhatikan ialah bahwa perubahan – perubahan tersebut terjadi karena pengalaman. Jadi, belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman. Di sini tidak termasuk perubahan perilaku yang diakibatkan oleh kerusakan atau cacat fisik, penyakit, obat – obatan , atau perubahan karena proses pematangan.

Pengertian belajar memang selalu berkaitan dengan perubahan, baik yang meliputi keseluruhan tingkah laku individu maupun yang hanya terjadi pada beberapa aspek dari kepribadian individu. Perubahan ini dengan sendirinya dialami tiap – tiap manusia dan hanya sekali sejak dilahirkan. Sejak saat itu, terjadi perubahan – perubahan dalam arti perkembangan melalui fase – fasenya. Dan karena itu pula sejak saat itu berlangsung proses – proses belajar.

Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup ( survived ).

Belajar dan berfikir merupakan dua proses yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun demikian, keduanya merupakan proses – proses yang berbeda. Belajar adalah suatu proses – proses yang berbeda. Belajar adalah suatu proses terjadinya perubahan perilaku, tetapi berfikir tidak selalu menghasilkan perubahan tingkah laku.

Berpikir merupakan suatu proses mental yang tidak kasat mata. Proses ini hanya dapat diamati dari perilaku yang nampak. Dengan kata lain proses berfikir hanya dapat disimpulkan dari perilaku yang diperkirakan diarahkan oleh pikiran sebagai perilaku yang terorganisasi, bukan perilaku yang terjadi secara sembarangan. Berfikir tidak selalu memecahkan masalah, tetapi juga untuk membentuk suatu konsep tertentu, atau menimbulkan ide – ide kreatif. Bila pengertian – pengertian yang diperoleh dari proses berfikir dapat mengakibetkan perubahan perilaku yang permanen, maka proses berfikir tersebut menimbulkan proses belajar.

Belajar berbeda dengan menghafal. Menghafal hanya merupakan sebagian dari kegiatan belajar secara keseluruhan. Persamaan keduanya yaitu menyebabkan perubahan dalam diri individu. Dalam menghafal, aspek perubahannya terbatas dalam kemampuan menyimpan dan memproduksikan tanggapan. Adapun dalam belajar, perubahan itu tidak saja dalam hal kemampuan tersebut, namun juga meliputi perubahan tingkah laku lainnya, seperti sikap, pengertian, skills, dan sebagainya. Dengan demikian, belajar akan berhasil dengan baik jika disertai kemampuan menghafal.

Belajar adalah key term ( istilah kunci ) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. Untuk mencapai hasil belajar yang ideal, kemampuan para pendidik ( guru ) dalam membimbing belajar muridnya amat dituntut. Jika guru dalam keadaan siap dan memiliki profesiensi ( kemampuan tinggi ) dalam menunaikan kewajibannya, harapan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas sudah barang tentu akan tercapai.

Dalam belajar, kerap kali kita jumpai hal –hal yang mengganggu dan mendukung proses belajar. Gangguan dan dukungan ini akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Untuk itu, kita wajib mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi belajar agar cita – cita pendidikan dapat tercapai. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :

  1. Faktor – faktor stimuli belajar
  2. Faktor – faktor metode belajar
  3. Faktor – faktor individual

Faktor stimuli belajar yang dimaksud adalah segala hal di luar individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup materiil, penegasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh si pelajar. Beberapa hal yang berhubungan dengan faktor stimuli adalah panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungan eksternal.

Panjangnya bahan pelajaran berhubungan dengan jumlah bahan pelajaran. Semakin panjang bahan pelajaran, semakin panjang pula waktu yang diperlukan oleh individu untuk mempelajarinya. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar dan kelelahan serta kejenuhan si pelajar dalam menghadapi atau mengerjakan bahan ajar yang terlalu banyak tersebut.

Kesulitan bahan pelajaran mempengaruhi kecepatan pelajar. Makin sulit suatu bahan pelajaran, makin lambat orang mempelajarinya. Sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran, makin cepatlah orang dalam mempelajarinya. Bahan yang sulit memerlukan aktivitas belajar yang lebih intensif, sedangkan bahan yang sederhana mengurangi intensitas belajar seseorang. Bahan yang berarti juga mempengaruhi belajar karena bahan yang berarti merupakan bahan yang dapat dikenali yang memungkinkan individu untuk belajar.

Berat ringannya tugas erat hubungannya dengan tingkat kemampuan individu. Tugas yang sama, kesukarannya berbeda bagi masing – masing individu. Hal ini disebabkan karena kapasitas intelektual serta pengalaman mereka tidak sama. Dapat pula berat ringannya suatu tugas berhubungan dengan usia individu. Ini berarti bahwa kematangan individu ikut menjadi indikator atas berat atau ringannya tugas bagi individu yang bersangkutan. Tugas – tugas yang terlalu ringan akan mengurangi tantangan belajar, sedangkan tugas – tugas yang terlalu berat membuat individu kapok ( jera ) untuk belajar.

Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal, antara lain cuaca, waktu, kondisi tempat ( kebersihan, ketenangan, kegaduhan ), penerangan ( berlampu, gelap, remang – remang ), dan sebagainya. Faktor – factor ini mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajarnya, sebab individu yang belajar adalah interaksi dengan lingkunagnnya.

Metode mengajar yang digunakan oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor – faktor metode belajar menyangkut beberapa hal diantaranya kegiatan berlatih atau praktek, overlearning dan drill, resitasi selama belajar, pengenalan tentang hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian – bagian, penggunaan modalitas indra, bimbingan dalam belajar, dan kondisi – kondisi insentif.

Berlatih dapat diberikan secara maraton ( non stop ) atau secara terdistribusi dengan selingan waktu istirahat. Latihan yang dilakukan secara maraton akan membosankan, sedangkan latihan yang terdistribuasi menjamin terpeliharanya stamina dan kegairahan belajar. Overlearning dan drill berguna untuk menetapkan reaksi dalam belajar. Overlearning digunakan bagi latihan keterampilan motorik sedangkan drill berlaku bagi kegiatan berlatih abstraksi misalnya berhitung. Faktor lain yang berhubungan dengan metode belajar adalah resitasi selama belajar yang cocok diterapkan pada belajar membaca atau hafalan. Kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal bahan pelajaran.

Dalam proses belajar, individu sering mengabaikan tentang perkembangan hasil belajar selama ia belajar. Padahal, pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil – hasil yang sudah dicapai, seseorang akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya. Belajar yang dimulai dari keseluruhan ke bagian – bagian lebih menguntungkan dibandingkan dimulai dari bagian – bagian. Ini disebabkan dengan memulai dari keseluruhan, individu menemukan set yang tepat untuk belajar. Namun, metode ini mempunyai kelemahan yaitu membutuhkan banyak waktu dan pemikiran sebelum belajar yang sesungguhnya berlangsung.

Modalitas indra yang dipakai oleh masing – masing individu dalam belajar tidak sama. Sehubungan dengan itu, ada tiga impresi yang penting dalam belajar, yaitu oral, visual, dan kinestetik. Beberapa orang berhasil belajarnya dengan menekankan impresi oral. Dalam belajar, ia perlu membaca dan mengucapkan materi pelajaran dengan nyaring atau mendengarkan bacaan atau ucapan orang lain. Sementara ada beberapa orang belajar dengan menekankan impresi visual, dimana dalam belajarnya ia harus lebih banyak menggunakan fungsi indra penglihatan. Begitu pula ada beberapa orang yang belajar dengan menekankan pada impresi kinestetik dengan banyak menggunakan fungsi motorik. Di samping itu, ada pula yang belajar dengan menggunakan kombinasi impresi indra. Dengan modalitas indra inilah kita dapat menyesuaikan metode belajar yang sesuai dengan diri kita sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang diharapkan.

Bimbingan dalam belajar yang diberikan kepada si pelajar dapat menimbulkan ketergantungan. Bimbingan dapat diberikan dalam batas – batas yang diperlukan oleh individu. Hal yang penting yaitu pemberian kecakapan pada individu sehingga yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas – tugas yang dibebankan dengan sedikit saja bantuan dari pihak lain.

Dalam proses belajar, kondisi belajar yang insentif juga harus diperhatikan. Kondisi – kondisi insentif adalah objek atau situasi eksternal yang dapat memenuhi motif individu. Insentif adalah bukan tujuan melainkan alat untuk mencapai tujuan. Insentif dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu insentif intrinsic ( situasi yang mempunyai hubungan fungsional dengan tugas dan tujuan ) dan insentif ekstrinsik ( obyek atau situasi yang tidak mempunyai hubingan fungsional dengan tugas ). Situasi yang menimbulkan insentif intrinsic misalnya pengenalan hasil belajar, persaingan sehat, dan kompetisi. Sedangkan situasi yang menimbulkan insentif ekstrinsik misalnya hukuman, ancaman yang membuat takut, dan ganjaran. Dari keduanya, yang lebih memajukan belajar individu adalah insentif yang intrinsic. Insentif ini akan menentukan tingkat motivasi belajar individu di masa – masa mendatang. Sebagai seorang pendidik, guru berperan dalam menciptakan kondisi belajar yang insentif ini, agar proses belajar dapat berlangsung optimal.

Selain factor – factor stimuli dan metode belajar, factor- factor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun factor – factor individual itu menyangkut antara lain kematangan, factor usia kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani dan rohani serta motivasi.

Kematangan dicapai oleh individu dari proses pertumbuhan fisiologisnya. Kematangan memberikan kondisi di mana fungsi – fungsi fisiologis termasuk system saraf dan fungsi otak menjadi berkembang. Perkembangan tersebut akan menumbuhkan kapasitas mental seseorang dan mempengaruhi hal belajar seseorang itu.

Faktor lainnya adalah usia kronologis. Pertambahan usia selalu dibarengi dengan proses pertumbuhan dan perkembangan. Semakin tua usia individu, semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya. Anak yang lebih tua biasanya lebih sabar, sanggup melaksanakan tugas – tugas yang lebih berat, mampu mengarahkan energi dan perhatiannya dalam waktu yang lebih lama, memiliki koordinasi gerak kebiasaan kerja dan ingatan yang lebih baik dari pada anak yang lebih muda. Usia kronologis merupakan factor penentu tingkat kemampuan belajar individu.

Hingga saat ini belum ada petunjuk yang menguatkan tentang adanya perbedaan skil, sikap – sikap, minat, temperamen, bakat, dan pola – pola tingkah laku sebagai akibat dari perbedaan jenis kelamin. Perbedaan pola tingkah laku antara pria dan wanita hanyalah hasil dari perbedaan tradisi kehidupan, bukan semata – mata karena perbedaan jenis kelamin. Fakta membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara pria dan wanita dalam hal intelegensi. Mungkin yang membedakan ialah dalam hal peranan dan perhatiannya terhadap suatu pekerjaan, dan ini pun akibat dari pengaruh kultural.

Lingkungan banyak memberikan pengalaman kepada individu. Pengalaman yang diperoleh individu ikut mempengaruhi belajar seseorang, terutama pada transfer belajarnya. Hal ini terbukti bahwa anak –anak yang berasal dari kelas – kelas social menengah dan tinggi mempunyai keuntungan dalam belajar verbal di sekolah sebagai hasil dari pengalaman sebelumnya.

Dalam tahap perkembangan tertentu, individu mempunyai kapasitas – kapasitas mental yang berkembang akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fungsi fisiologis pada system saraf dan jaringan otak. Kapasitas – kapasitas seseorang dapat diukur dengan tes – tes intelegensi dan tes – tes bakat. Kapasitas adalah potensi untuk mempelajari serta mengembangkan berbagai keterampilan / kecakapan. Akibat dari hereditas dan lingkungan, berkembanglah kapasitas mental individu yang berupa intelegensi. Karena latar belakang hereditas dan lingkungan masing – masing individu berbeda, maka intelegensi masing – masing individu pun bervariasi. Intelegensi seseorang ikut menentukan prestasi belajar seseorang.

Orang yang belajar membutuhkan kondisi badan / jasmani yang sehat. Orang yang badannya sakit akibat penyakit – penyakit tertentu, cacat fisik atau kelelahan tidak akan dapat belajar dengan efektif. Karena itu, hasil belajar tidak memuaskan. Gangguan serta cacat mental pada seseorang juga sangat mengganggu belajar. Tidak mungkin orang dapat belajar dengan baik apabila ia sakit ingatan, sedih, frustasi, atau sedang putus asa.

Hal yang tidak kalah penting mendukung kegiatan belajar adalah motivasi. Motivasi penting bagi proses belajar karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu. Jadi, motivasi merupakan dorongan, penggerak, atau pembangkit bagi terjadinya suatu tingkah laku. Pengalaman di masa lampau kerap kali menyebabkan seorang siswa merasa tidak senang dan takut akan kegagalan. Hal ini menyebabakan siswa selalu menghindari tugas – tugas yang dirasakannya akan menyebabkan kegagalan. Semua itu disebabkan adanya rasa takut yang mendominasi. Namun ada penawar yang sangat ampuh mengurangi rasa takut itu, yaitu motivasi. Jika motivasi untuk berhasil lebih kuat dari motivasi untuk tidak gagal, maka rasa takut itu akan hilang. Biasanya orang yang mempunyai motivasi untuk berhasil menyukai tantangan dalam mengerjakan sesuatu. Ia akan bekerja lebih keras dan segera memerinci kesulitan – kesulitan yang dihadapinya

Setelah mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar, tugas kita selanjutnya adalah menggunakan faktor – faktor tersebut untuk mengoptimalkan hasil belajar. Masing – masing individu harus mengetahui apa yang mereka sukai ketika belajar sehingga tidak terjadi kejenuhan. Dari kenyamanan inilah diharapkan akan terjadi proses belajar yang tidak hanya mengutamakan transfer ilmu saja sehingga diperoleh out put yang berkompeten.